Toba | Tajamnews.co.id — 
Ribuan pelajar dari berbagai penjuru Sumatera Utara berduyun duyun menuju Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Sabtu (25/10/2025). Di lokasi biasanya identik dengan aktivitas industri pulp milik PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), kini suasananya berubah menjadi lautan siswa, guru dan panitia Olimpiade Sains Toba (OST) 2025.
Di balik hiruk-pikuk perlombaan ini, terdapat fakta menarik tentang sinergi antara dunia pendidikan dan industri jarang terekspos publik.
Sekolah Yayasan Bona Pasogit Sejahtera (YBPS), yang merupakan binaan PT TPL, menjadi tuan rumah ajang ilmiah terbesar tingkat pelajar di Sumatera Utara, diikuti oleh 5848 peserta dari 300 sekolah lintas kabupaten/kota.
1. Industri Menyentuh Dunia Pendidikan
Dukungan penuh TPL terhadap kegiatan ini menegaskan pergeseran paradigma: perusahaan besar kini tak hanya bergerak di bidang produksi, tetapi juga mulai aktif menanam investasi sosial jangka panjang melalui pendidikan.
Direktur TPL, Monang Simatupang, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen membangun SDM unggul Sumatera Utara.
> “Kompetisi seperti ini harus menjadi budaya agar kita mencapai kaliber nasional bahkan inter nasional,” ujar Monang.
Terungkap bahwa dukungan TPL tidak berhenti pada penyediaan fasilitas. Perusahaan juga berperan aktif dalam penyediaan sarana belajar, peningkatan kapasitas guru, serta kemitraan strategis dengan Yayasan Bona Pasogit Sejahtera pengelola sekolah berorientasi mutu di sekitar wilayah operasi industri.
2. POSI dan Tantangan Kompetensi Siswa
Direktur Pusat Olimpiade Sains Indonesia (POSI), Fahruroji, menyebut OST 2025 sebagai barometer kualitas pendidikan di Sumatera Utara.
> “Soal olimpiade dibuat lebih sulit agar peserta terbiasa bersaing di tingkat nasional dan inter nasional,” katanya.
Terungkap bahwa mayoritas peserta berasal dari sekolah non favorit di daerah, justru menunjukkan keberanian bersaing dengan siswa dari Medan dan Pematang Siantar. Ini menandakan adanya peningkatan motivasi belajar di kawasan pedesaan selama ini kerap tertinggal dalam capaian akademik.
3. Pemerintah Daerah Turun Tangan
Kehadiran pejabat pemerintah, mulai dari Kadis Pendidikan Ricardo Hutajulu hingga Asisten I Pemkab Toba Eston Sihotang, memperlihatkan bahwa OST bukan sekadar acara lomba, melainkan alat evaluasi potensi dan kualitas pendidikan daerah.
> “Kami ingin melihat sejauh mana level kemampuan siswa Sumut dan memetakannya untuk pembinaan lanjutan,” ujar Ricardo.
Pemerintah daerah menilai OST selaras dengan visi Toba Mantap 2029 dan Asta Cita Presiden Prabowo dalam membangun SDM berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Tercatat bahwa perhatian pasca kompetisi masih menjadi tantangan. Belum ada peta kebijakan konkrit untuk memastikan para juara mendapatkan pembinaan berkelanjutan di luar ajang olimpiade.
4. Pendidikan dan CSR: Penguatan Sinergi
Yayasan Bona Pasogit Sejahtera (YBPS) tampil sebagai penggerak utama kegiatan ini. Ketua Yayasan, Teaczhey Sinyal, menyebut kolaborasi dengan POSI dan TPL sebagai tonggak baru pembentukan kultur akademik di kawasan industri.
> “Kehadiran POSI membawa semangat baru dalam dunia pendidikan,” ujarnya.
Sebagai bentuk penghargaan, YBPS memberikan hadiah uang tunai Rp2 juta bagi masing-masing juara umum tingkat SD, SMP dan SMA, sesuatu jarang dilakukan oleh sekolah penyelenggara.
Langkah ini bukan semata bentuk kedermawanan, melainkan bagian dari strategi corporate social responsibility (CSR) TPL dalam menguatkan citra kepedulian industri terhadap pendidikan dan warga sekitar.
5. Membangun Masa Depan dari Toba
Dengan kehadiran ribuan peserta, OST 2025 bukan sekadar kompetisi, melainkan laboratorium sosial tempat bertemunya kepentingan pendidikan, industri dan pemerintah daerah.
Kegiatan ini membuka mata bahwa pembangunan SDM unggul tidak hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah, tetapi juga pengoperasian dunia usaha di tengah warga.
Jika kolaborasi semacam ini terus berlanjut dan diikuti oleh tindak lanjut kebijakan konkret, maka visi Toba Mantap 2029 bukanlah utopia melainkan jalan nyata menuju Sumatera Utara cerdas, produktif dan berdaya saing global.
(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)