Floating Image
Floating Image
Sabtu, 11 Oktober 2025

Ketika Harapan Berujung Duka: Kisah Perantauan Argo Prasetyo ke Kamboja


Oleh admintajam
11 Oktober 2025
tentang Peristiwa
Ketika Harapan Berujung Duka: Kisah Perantauan Argo Prasetyo ke Kamboja - TajamNews

-

158 views



Langkat | Tajamnews.co.id — 
Harapan untuk memperbaiki nasib di negeri orang berakhir tragis bagi Argo Prasetyo, warga asal Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pemuda berusia 25 tahun itu ditemukan tewas di Kamboja dengan luka dan lebam di sekujur tubuhnya. Di balik kepulangannya yang kini tertunda karena kendala biaya, muncul dugaan kuat bahwa Argo menjadi korban jaringan perdagangan manusia (trafficking) lintas negara.

Kabar kematian Argo menyebar cepat melalui video viral di media sosial. Dalam rekaman itu, tubuhnya tampak tergeletak di pinggir jalan di Phnom Penh, ibukota Kamboja. Wajahnya bengkak, penuh luka. Tidak ada keluarga, tidak ada teman, hanya tubuh lemah yang menjadi saksi bisu kerasnya nasib pekerja migran yang berangkat tanpa perlindungan resmi.

“Sudah ada kabar dari KBRI soal pemulangan jenazah. Biayanya sekitar 8.500 dolar AS atau Rp130 juta,” ujar Ega Prasetya, adik kandung Argo, Sabtu (11/10/2025).
Namun, jumlah sebesar itu mustahil dipenuhi keluarga sederhana di Langkat. “Kami sedang berusaha mengumpulkan dana. Harapan kami, ada tangan-tangan baik mau membantu agar abang bisa segera pulang,” tambahnya lirih.

Tragedi ini membuka kembali luka lama tentang praktik pengiriman tenaga kerja ilegal dari berbagai daerah di Indonesia. Banyak di antara mereka dijanjikan pekerjaan layak di luar negeri, tetapi justru berakhir sebagai korban penipuan dan eksploitasi. Argo diyakini salah satu dari sekian banyak anak muda terjebak dalam jaringan tersebut.

Saat ini, jenazah Argo masih berada di rumah pengawetan jenazah di Phnom Penh. Pemerintah melalui KBRI Kamboja disebut telah memberikan bantuan koordinasi, namun keterbatasan biaya menjadi hambatan utama pemulangan ke Tanah Air.

Pihak kepolisian dan instansi terkait diharapkan segera menelusuri modus perekrutan Argo, termasuk siapa pihak pembawa korban ke luar negeri tanpa izin resmi. Kasus ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan masyarakat agar lebih waspada terhadap tawaran kerja luar negeri tidak memiliki kejelasan dokumen dan perlindungan hukum.

Sementara itu, di rumah duka di Langkat, keluarga Argo masih menatap kosong peti yang belum datang. “Kami cuma ingin dia pulang, meski sudah tidak bernyawa,” ujar sang adik, menahan tangis.

Tragedi Argo Prasetyo menjadi pengingat pahit: di balik impian mencari rezeki di luar negeri, masih ada lorong gelap perdagangan manusia terus mengintai anak bangsa. 

(Rosdiana Br Purba)

Penulis

admintajam

Berita Lainnya dari Peristiwa