Binjai | Tajamnews.co.id —
Di balik warna-warni cat dan gambar mural penghias 125 tong sampah baru di Kota Binjai, tersembunyi kisah kolaborasi jarang terjadi di Indonesia. Peresmian pogram pada Rabu (8/10/2025) di Lapangan Merdeka ini bukan sekadar proyek CSR biasa, tetapi hasil penyatuan visi antara dunia perbankan, birokrasi dan komunitas kreatif muda.
Mencari Jejak Awal: Ketika Ide Kecil Jadi Gerakan Kota
Ide tong sampah mural pertama kali lahir dari komunitas Gelombang Muda, yang resah melihat minimnya partisipasi warga terhadap program kebersihan kota.
Melalui diskusi informal dengan pihak Bank Sumut Cabang Binjai, ide sederhana itu kemudian dikembangkan menjadi program besar dengan dukungan Pemerintah Kota Binjai dan Dinas Lingkungan Hidup.
Dari hasil penelusuran dokumen internal, program ini tidak hanya berorientasi pada estetika ruang publik, melainkan juga bagian dari agenda besar CSR Bank Sumut tahun 2025, fokus pada penguatan green city movement di Sumatera Utara.
Proses di Balik Layar: 30 Hari, 15 Kreator dan Ratusan Jam Lembur
Pengerjaan 125 tong mural ini melibatkan 15 pelaku industri kreatif lokal, dari pengrajin kayu, pelukis mural, hingga musisi. Mereka bekerja tanpa jeda selama 30 hari.
Setiap tong dibuat dari kayu mahoni dan seng galvanis hasil produksi lokal, lalu dihias dengan pesan visual bertema konservasi, daur ulang dan cinta lingkungan.
Salah satu muralis muda, Dimas (24), mengaku proyek ini membuka ruang baru bagi seniman lokal.
> “Biasanya kami bikin mural di dinding atau kafe. Sekarang karya kami jadi bagian dari kampanye kebersihan. Rasanya bangga banget,” ujarnya saat ditemui di lokasi produksi.
Audit Sosial: Bukan Sekadar CSR Tapi Gerakan Kesadaran
Proyek ini menggunakan skema pembiayaan CSR Bank Sumut sekitar Rp 250 juta, mencakup pembuatan, pengecatan dan pelaksanaan kegiatan sosialisasi. Namun, nilai paling penting bukan pada angkanya, melainkan timbulnya dampak sosial.
Wakil Wali Kota Binjai, Hasanul Jihadi menegaskan, pendekatan visual menjadi strategi baru Pemko Binjai dalam mengubah perilaku publik terhadap kebersihan.
> “Selama ini imbauan sering tak digubris. Tapi lewat seni, pesan jadi hidup. Warga mulai melihat tong sampah bukan lagi simbol kotor, tapi bagian dari kebanggaan kota,” ujarnya.
Uji Dampak: Dari Jalan Sudirman ke Kesadaran Warga
Penempatan pertama tong-tong mural akan dilakukan di sepanjang Jalan Sudirman, kawasan ikon lalu lintas utama di Binjai. Berdasarkan hasil survei Dinas Lingkungan Hidup, jalur tersebut mencatat volume sampah tertinggi dari area publik kota.
Langkah ini diharapkan bisa menjadi uji coba awal sebelum diperluas ke seluruh kelurahan.
Menariknya, hasil observasi awal selama tiga hari pasca peluncuran menunjukkan penurunan 18% volume sampah liar di area sekitar lokasi pemasangan. Artinya, proyek ini mulai menunjukkan hasil positif secara cepat.
Refleksi: Inspirasi dari Kolaborasi
Keberhasilan program ini bukan hanya karena pendanaan, tapi karena sinergi lintas generasi: birokrat terbuka, perbankan adaptif dan komunitas muda kreatif.
Pimpinan Cabang Bank Sumut, Nafizar Lubis, menyebut proyek ini akan dijadikan model CSR replikasi ke kota lain di Sumatera Utara.
> “Kami ingin membuktikan bahwa seni bisa menjadi bahasa universal untuk membangun kesadaran sosial. Ini bukan proyek satu kali, tapi langkah awal,” katanya.
Dengan 125 tong sampah mural yang kini menghiasi ruang publik, Binjai bukan sekadar menata kebersihan kota, tetapi menanamkan nilai-nilai kepedulian, kebanggaan dan kolaborasi, sesuatu lebih dalam dari sekadar urusan sampah.
(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)