Simalungun - Tajamnews.co.id
Mirip kasus dugaan korupsi yang terjadi di tubuh Dinas PUPR Padang Lawas Utara (Paluta) yang menyeret nama baik sejumlah pejabat penting hingga seorang Kapolres, yang bergulir di Kabupaten Simalungun atas kegiatan rekonstruksi Jalan Balimbingan-Maligas Tongah, Kecamatan Tanah Jawa, yang menelan anggaran Rp. 4.235.887.917 dari APBD Simalungun. 
Pantauan Tajam news dilokasi, aroma dugaan konspirasi tersebut terendus sejak dimulai nya pembangunan tembok penahan jalan, yang diduga berrongga dan menyimpang dari penggunaan material semen yang ditentukan, proses pemadatan dan ketebalan basecourse yang dituding tidak memenuhi Kerangka Acuan Kerja (KAK), penghamparan hotmix dalam kondisi cuaca ekstrem dan cenderung tidak sesuai suhu standart, serta pengerjaan bahu jalan dengan tanah yang diduga guna mengurangi volume basecourse. 
Cenderung pengurangan volume dan kualitas jalan yang tidak sesuai dengan perencanaan, selain kondisi badan jalan yang diduga berrongga akibat minimnya kuantitatif pemadatan, tak ayal minimnya pengawasan dari Dinas PUPR Simalungun juga diduga terkesan memberi ruang bagi pihak rekanan untuk melakukan penyimpangan KAK.
”Selesai hujan lebat, mereka langsung bekerja bang, tak perduli walaupun cuaca masih gerimis, dan hingga subuh hari mereka baru selesai. Seakan mereka kejar target pengerjaan nya, kebut semalam!”, ungkap seorang warga sekitar. 
Dihari berbeda (04/10), pembiaran yang sama juga tampak saat melanjutkan penghamparan hotmix, manakala tidak hadir nya Kepala Dinas, PPK, serta PPTK dilokasi, guna mengawasi berlangsungnya penghamparan hotmix, yang dinilai merupakan bagian penting dari proyek rekonstruksi tersebut. 
”Gak ada yang datang orang dinas bang, hanya kami saja. Material (hotmix) sudah sampai, ya langsung digelar aja lah bang, gak mungkin ditungguin”, papar seorang pekerja kepada Tajam news. 
Miris, pantauan Tajam news hingga Jumat (24/10) dilokasi, proses ’pemadatan bahu jalan tersebut juga hanya menggunakan bekas kerukan tanah’ dari pinggir areal PTPN4 Balimbingan, dan dilapisi sisa basecourse di permukaan atas, seakan memoles pandangan kasat mata.
”Badan jalan nya pakai basecourse, kenapa bahu jalan pakai timbunan tanah ya bang?, apakah ini yang dinamakan efisiensi anggaran?”, keraguan seorang pengendara saat melintasi lokasi.
”Kalau begini sistem nya, untung banyak mungkin ya pemborong nya. Tanah gak beli, batu pecah nya digunakan yang sisa-sisa”, sindir seorang warga memperhatikan pembangunan jalan di Desa nya tersebut.
Aroma dugaan konspirasi tersebut semakin menguat, manakala *Hotbinson Damanik* selaku Kadis PUPR Simalungun, beserta *Olim Purba* Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), keduanya diduga merasa gerah dan memilih bungkam ketika dikonfirmasi perihal timbunan tanah tersebut. 
Bungkam nya kedua pejabat PUPR tersebut diduga guna menyamankan pihak rekanan PT. Cahaya Artha Indonesia atas dugaan penyimpangan pekerjaan nya, yang cenderung dinilai masyarakat sekitar, sebagai wujud kontaminasi birokrasi pemerintahan yang sarat gratifikasi.
”Kalau seperti ini kualitas nya, sia-sia uang negara telah digelontorkan. Atau mungkin sudah ada kongkalikong antara pihak dinas dengan pemborong?”, kata seorang aktivis anonim mengamati gejolak isu keuangan Pemkab Simalungun.
”Sudah seharusnya Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara turun gunung atas kegiatan ini. Bisa saja kan, hal serupa terjadi seperti di Dinas PUPR Paluta?. Permasalahan nya, *Apakah Bpk Harly Siregar mampu meng-audit pekerjaan ini?*”, papar nya mengungkapkan keraguan.
”Coba kita perhatikan lama pengerjaan nya, tidak tertutup kemungkinan akan mangkrak proyek ini mengingat deadline kontrak kerjanya”, terangnya.
Jika keraguan ini tidak segera dijawab dengan tindakan nyata dan tegas oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, bukan hanya kepercayaan masyarakat yang akan pudar mengenai pemberantasan korupsi, melainkan munculnya hal serupa atas kegiatan pembangunan di Kabupaten Simalungun yang bersumber dari APBD.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak rekanan PT. Cahaya Artha Indonesia belum berhasil dikonfirmasi terkait perihal tersebut. Namun tampak, 2 pria paruh baya yang menyangkal dirinya merupakan perwakilan rekanan, terlihat sibuk memberikan arahan kepada pekerja saat penghamparan berlangsung (04/10).   (Tim)