Desa Lama, 15 November 2025 – tajamnews.co.id Musyawarah Desa Khusus (Musdesus) Ketahanan Pangan Tahun 2025 di Desa Lama mengungkap sejumlah kejanggalan dalam penyusunan program dan tata kelola pemerintahan desa. Mulai dari minimnya kehadiran warga hingga program gagal yang kembali diusulkan, laporan investigasi Tajamnews ini merangkum temuan lapangan, analisis data, dan pola yang mengindikasikan lemahnya perencanaan penggunaan Dana Desa.
I. TEMUAN LAPANGAN
1. Musyawarah Sepi Warga, Didominasi Aparat DesaMusyawarah yang digelar di Aula Desa Lama pada Jumat, 14 November 2025, pukul 10.00 WITA, dihadiri oleh pendamping desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Desa, dan perangkat desa lainnya. Namun, partisipasi warga sipil sangat minim. Hanya beberapa kepala dusun dan pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang terlihat hadir.Dominasi kursi kosong menjadi pemandangan yang mencolok, mengindikasikan bahwa proses partisipatif tidak berjalan sebagaimana mestinya. Beberapa warga mengaku tidak menerima pemberitahuan mengenai acara tersebut, sementara yang lain berpendapat bahwa musyawarah tersebut "hanya formalitas" karena usulan warga jarang diakomodasi dalam program desa.
2. Usulan Program Tidak Relevan dengan Kebutuhan PetaniMeskipun mayoritas warga Desa Lama (70-80%) berprofesi sebagai petani, rancangan program ketahanan pangan tahun 2025 tidak memprioritaskan sektor pertanian. Masalah-masalah krusial yang dihadapi petani, seperti kelangkaan pupuk, bibit unggul, alat pengolahan lahan, dan pestisida, tidak mendapatkan perhatian yang memadai dalam program tersebut. Sebaliknya, pemerintah desa justru mengusulkan kegiatan-kegiatan yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan utama masyarakat desa.
3. Program Pembesaran Sapi Gagal Dihidupkan KembaliTemuan yang paling mencolok adalah dihidupkannya kembali program pembesaran sapi yang sebelumnya pernah dilaksanakan dan dinilai gagal total. Investigasi Tajamnews mengungkap bahwa beberapa penerima bantuan sapi menjual hewan ternak tersebut karena tidak mampu merawatnya. Selain itu, program ini juga tidak disertai dengan pendampingan teknis yang memadai dari pihak desa, tidak ada laporan evaluasi yang dipublikasikan, dan tidak ada kajian risiko yang dilakukan sebelum program tersebut diulang. Ketika diminta untuk menunjukkan dokumen evaluasi resmi, pemerintah desa tidak dapat memberikan laporan yang rinci.
II. ANALISIS DATA
Analisis data perbandingan Musdes tahun-tahun sebelumnya (2023-2024) menunjukkan pola-pola berikut:
1. Pengulangan ProgramSebanyak 60-70% kegiatan ketahanan pangan memiliki kesamaan judul dan format dengan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan praktik copy-paste program, alih-alih perencanaan yang berbasis pada kebutuhan riil masyarakat.
2. Minimnya Dokumen Evaluasi yang TerperinciDalam standar pengelolaan Dana Desa, setiap program wajib memiliki laporan pelaksanaan, evaluasi hasil, dan rekomendasi tindak lanjut. Namun, di Desa Lama, dokumen evaluasi program sapi tidak ditemukan dalam arsip resmi desa.
3. Kebutuhan Petani TerabaikanDari sepuluh keluhan utama yang disampaikan petani secara informal, hanya dua poin yang masuk dalam rancangan kegiatan. Kebutuhan-kebutuhan mendesak seperti pupuk bersubsidi, bibit unggul, pengolahan lahan, serta pompa air dan irigasi tidak tercantum sebagai prioritas.
4. Partisipasi Warga Sangat RendahDari 18 kursi yang disediakan untuk peserta dari kalangan masyarakat umum, hanya dua yang terisi, dan keduanya bukan petani, melainkan kepala dusun. Persentase kehadiran masyarakat umum hanya sekitar 11%.
III. POIN-POIN KEJANGGALAN
Berikut adalah ringkasan kejanggalan yang ditemukan oleh Tajamnews:
1. Musyawarah Tanpa Partisipasi MasyarakatAbsennya warga dalam forum resmi mengindikasikan adanya masalah serius dalam sosialisasi, transparansi, atau kepercayaan publik terhadap pemerintah desa.
2. Program Tidak Berbasis Potensi DesaMayoritas penduduk Desa Lama adalah petani, namun program pertanian tidak menjadi fokus utama. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa perencanaan program tidak didasarkan pada data lapangan yang akurat.
3. Program Sapi Gagal Dihidupkan Tanpa EvaluasiTidak adanya laporan evaluasi atau kajian risiko, namun program tetap diulang. Ini bertentangan dengan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan Dana Desa.
4. Kegiatan Terkesan Copy-Paste dari Tahun SebelumnyaTingginya kesamaan konten antar tahun menunjukkan bahwa penyusunan program tidak dilakukan melalui analisis kebutuhan yang komprehensif.
5. Lemahnya Pengawasan dan TransparansiKetiadaan dokumen evaluasi, rendahnya partisipasi publik, dan pengulangan program gagal adalah indikator lemahnya pengawasan internal maupun eksternal terhadap pengelolaan Dana Desa.
KESIMPULAN INVESTIGASI
Musdes Ketahanan Pangan Desa Lama 2025 tidak hanya mencerminkan rendahnya partisipasi masyarakat, tetapi juga mengindikasikan pola penyusunan program yang tidak berbasis kebutuhan, tidak transparan, tidak dievaluasi secara benar, dan cenderung mengulang program gagal tanpa adanya pembelajaran. Jika tidak dilakukan pembenahan yang serius, Desa Lama berpotensi menghadapi program-program yang tidak efektif dan pemborosan anggaran, sementara kebutuhan petani sebagai mayoritas penduduk justru terabaikan.
Tip: Dalam penulisan berita investigasi, penting untuk menyajikan data dan fakta secara akurat, serta menonjolkan kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan agar pembaca dapat memahami isu yang diangkat dengan lebih baik.(tn dz)