Floating Image
Floating Image
Sabtu, 1 November 2025

BHRU Sumut dan Sisa Asa: Membangun Sepak Bola Wanita di Tengah Ketimpangan Fasilitas


Oleh admintajam
29 Oktober 2025
tentang Berita
BHRU Sumut dan Sisa Asa: Membangun Sepak Bola Wanita di Tengah Ketimpangan Fasilitas - TajamNews

-

59 views



Medan | Tajamnews.co.id —  
Di tengah minimnya perhatian terhadap sepak bola putri, tim BHRU Sumut justru menorehkan prestasi membanggakan. Mereka keluar sebagai juara Piala Pertiwi Cup Senior Regional Sumatera Utara 2025, setelah menyapu bersih seluruh laga dengan skor mencolok. Namun di balik dominasi itu, tersimpan kisah perjuangan panjang dan ketimpangan nyata dalam pembinaan sepak bola wanita di daerah.

Prestasi di Tengah Keterbatasan
  Penggelaran turnamen Asprov PSSI Sumut di Stadion TD Pardede, Medan, pada 24–26 Oktober 2025, mempertemukan empat tim: BHRU Sumut, BriMo Langkat, PSRKS Simalungun dan Medan Utara.
BHRU Sumut tampil tanpa ampun. Mereka menundukkan BriMo Langkat 10–0, PSRKS Simalungun 16–0 dan Medan Utara 17–0. Hasil ini menegaskan ketimpangan kualitas, tapi juga memunculkan pertanyaan: bagai mana tim ini bisa begitu dominan di tengah keterbatasan fasilitas dan minim dukungan finansial ?

Pelatih Sony Siregar tidak menutupi kenyataan itu.

> “Kami latihan dengan fasilitas seadanya. Lapangan latihan kadang berganti-ganti dan sebagian pemain masih harus bekerja atau sekolah. Tapi semangat mereka luar biasa,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).

Tim BHRU Sumut sebagian besar terdiri dari pemain muda daerah seperti Deli Serdang, Binjai dan Medan. Banyak di antaranya belum memiliki kontrak profesional atau asuransi pemain. Meski demikian, motivasi untuk membawa nama Sumut ke tingkat nasional menjadi dorongan utama.

Dukungan Belum Setara
  Kontras terlihat jika dibandingkan dengan dukungan terhadap tim sepak bola pria. Anggaran pembinaan dan sponsor untuk sepak bola wanita masih sangat minim. Bahkan, menurut salah satu pengurus Asprov PSSI Sumut enggan disebut namanya, alokasi dana pembinaan sepak bola putri tidak sampai 10% dari total anggaran program sepak bola daerah.

> “Kami sering mengandalkan patungan pelatih dan manajer untuk kebutuhan trans portasi, kostum, bahkan vitamin pemain. Kalau tidak ada kepedulian pribadi, mungkin tim tidak jalan,” ungkapnya.

Situasi ini menunjukkan betapa sepak bola putri masih berjalan di pinggir sistem, meski secara prestasi mulai menunjukkan hasil menjanjikan.

Ketimpangan Fasilitas dan Kebijakan
  Secara nasional, persoalan dihadapi BHRU Sumut bukan hal baru. PSSI Pusat sebenarnya telah meluncurkan Rencana Strategis Pengembangan Sepak Bola Wanita 2023–2027, namun pelaksanaannya di daerah masih jauh dari ideal.
Banyak provinsi, termasuk Sumut, belum memiliki kompetisi berjenjang usia khusus sepak bola wanita, fasilitas latihan layak, serta pelatih bersertifikat khusus tim putri.

> “Kalau sepak bola pria bisa latihan di stadion utama, kami sering harus latihan di lapangan terbuka tanpa penerangan,” tutur salah satu pemain BHRU Sumut tidak ingin disebut namanya.

Sebagian besar pemain bahkan menyiapkan peralatan pribadi secara mandiri, sepatu, kaus, hingga perlengkapan medis sederhana. Tidak ada tenaga medis khusus mendampingi tim dalam setiap laga regional.

Dari Sumut untuk Nasional: Sisa Harapan
  Meski berbagai keterbatasan menghadang, BHRU Sumut kini melangkah ke Piala Pertiwi Cup Nasional 2025 di Sleman, DIY, mulai 30 Oktober hingga 10 November 2025. Mereka tergabung di Grup B bersama Bengkulu, Papua Pegunungan dan Kalimantan Timur.

Pelatih Sony menegaskan timnya tidak akan gentar menghadapi tim-tim kuat dari Papua dan Jawa.

> “Kami fokus memperkuat tim sendiri. Semoga hasilnya bisa mengubah peta kekuatan sepak bola wanita Indonesia,” katanya optimistis.

Sumut pernah mencatat sejarah finis di posisi tiga besar nasional pada edisi sebelumnya. Kini dengan semangat sama dan sumber daya terbatas, BHRU Sumut membawa asa terakhir dari sepak bola putri daerah bahwa prestasi sejati lahir bukan dari kelimpahan fasilitas, melainkan dari tekad dan kecintaan pada olahraga.

Prestasi BHRU Sumut seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah daerah, Asprov PSSI dan pihak swasta untuk membuka mata. Ketimpangan pembinaan antara sepak bola pria dan wanita sudah saatnya diakhiri.
Karena di balik setiap trofi, ada perjuangan senyap para perempuan bermain bukan untuk popularitas, melainkan untuk kehormatan daerah dan masa depan sepak bola Indonesia.

(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)

Penulis

admintajam

Berita Lainnya dari Berita