Medan | Tajamnews.co.id —
Sejumlah ruas jalan utama di Kota Medan kembali tergenang banjir setelah diguyur hujan deras pada Rabu malam (15/10/2025) hingga Kamis dini hari (16/10/2025). Kondisi ini menambah panjang daftar kawasan rawan genangan yang kerap menjadi langganan setiap kali curah hujan tinggi melanda kota.
Pantauan di lapangan menunjukkan, genangan air terjadi di sejumlah titik, di antaranya Jalan Letda Sudjono sekitar Pintu Tol Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung. Genangan di kawasan ini sudah menjadi fenomena berulang yang hingga kini belum terselesaikan secara tuntas.
“Benar, Jalan Letda Sudjono Medan, kawasan Pintu Tol Bandar Selamat tergenang banjir. Kawasan itu memang langganan setiap kali hujan deras,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Yunita Sari, Sabtu (18/10/2025).
Selain Letda Sudjono, genangan juga terpantau di Jalan Gatot Subroto (sekitar Kodam I/BB), Jalan Dr Mansur, kawasan Medan Marelan, serta beberapa ruas jalan lain sempat lumpuh akibat tingginya debit air. Meski sebagian titik telah surut pada pagi hari, genangan di beberapa ruas masih tersisa.
“Sejumlah ruas jalan sampai pagi ini masih tergenang, walaupun terpantau mulai surut. Sebagian lainnya sudah kering,” tambah Yunita.
Menariknya, BPBD mencatat bahwa permukiman warga relatif aman dari banjir kali ini. “Alhamdulillah, tidak ada laporan kebanjiran warga. Genangan hanya di jalan-jalan karena hujannya memang terjadi di wilayah kota,” jelasnya.
Namun di balik kondisi tersebut, sejumlah kalangan mulai menyoroti permasalahan sistem drainase perkotaan dinilai belum mampu menampung debit air tinggi, terutama di kawasan padat permukiman dan jalan utama. Data BPBD mencatat adanya kenaikan permukaan air di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Sunggal, Sikambing, dan Babura.
“Permukaan air DAS Deli dan Denai terpantau normal. Tapi untuk DAS Sunggal dan DAS Sikambing naik sekitar 50 cm, dan DAS Babura naik 20 cm. Kenaikan ini tidak signifikan, karena hujan deras memang terjadi di wilayah Kota Medan, bukan di pegunungan,” papar Yunita.
Meski demikian, sejumlah pengamat tata kota menilai fenomena genangan yang berulang menandakan adanya ketimpangan antara kapasitas drainase dan laju pembangunan di Kota Medan. Minimnya ruang resapan air, penyumbatan saluran akibat sampah, serta pembangunan tanpa kajian hidrologis disebut menjadi faktor pemicu utama.
BPBD Kota Medan sendiri mengklaim masih terus melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi sungai-sungai besar di wilayahnya.
“Sejak tadi malam, tim terus berkeliling memantau kondisi sungai. Hingga saat ini semuanya masih dalam kondisi aman dan terkendali,” pungkas Yunita.
Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa genangan di sejumlah titik langganan banjir seperti Jalan Letda Sudjono dan Gatot Subroto masih terus berulang setiap tahun. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana efektivitas sistem drainase dan mitigasi banjir di Kota Medan benar-benar dijalankan?
(Rosdiana Br Purba)