Langkat | Tajamnews.co.id — 
Suasana di halaman Vihara Avalokitesvara, Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Rabu (29/10/2025), berubah tegang sejak pagi. Ratusan warga, sebagian besar kaum lanjut usia dan keluarga kurang mampu, berdesak-desakan di depan vihara demi mendapatkan bantuan beras.
Padahal pembagian itu sejatinya digelar untuk merayakan peresmian gedung baru vihara, sebuah momen spiritual dan sosial diharapkan membawa berkah bagi warga sekitar. Antusiasme kedatangan warga jauh lebih banyak dari perkiraan panitia membuat situasi tidak terkendali.
“Dari pagi udah ramai. Kami disuruh datang jam 11, tapi orang-orang sudah datang duluan karena takut nggak kebagian,” ujar Ngademi (51), salah seorang warga penerima bantuan, sambil mengelus karung beras 10 kilogram baru saja diterimanya.
Ia mengaku sempat terjatuh akibat dorongan massa, namun dibantu oleh petugas TNI. “Untung cepat ditolong, kalau nggak, bisa sesak napas tadi,” tambahnya dengan wajah lega.
Petugas Kewalahan karena Situasi Nyaris Ricuh
  Panitia sebenarnya sudah menyiapkan 9 ton beras untuk dibagikan kepada warga. Setiap penerima berhak atas satu karung beras ukuran 10 kilogram. Begitu truk pengangkut beras tiba, warga langsung menyerbu mendekat khawatir kehabisan jatah.
Suara teriakan petugas keamanan pun memecah suasana. “Tertib, jangan dorong-dorongan !” seru seorang anggota Kodim 0203/Langkat. Upaya pengamanan pun diperkuat oleh personel Polres Langkat turut diterjunkan untuk mencegah kekacauan.
Butuh waktu lebih dari satu jam bagi aparat gabungan TNI-Polri untuk mengatur barisan warga agar pembagian berlangsung tertib. Setelah semua penerima diatur berdasarkan pembagian kupon sebelumnya, situasi akhirnya mereda.
Kepedulian Sosial Tidak Terencana Matang
  Ketua Penasehat Yayasan Vihara Avalokitesvara Stabat, Toni Wihaya, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian sosial vihara kepada warga sekitar.
“Kami menyiapkan beras lebih banyak dari jumlah kupon. Jadi warga tidak perlu khawatir tidak kebagian,” ujarnya.
Fakta di lapangan menunjukkan adanya minim koordinasi dan manajemen massa. Tidak ada kejelasan sistem antrean sejak pagi dan tidak ada pengaturan waktu kedatangan warga. Akibatnya warga datang serentak menciptakan situasi rawan desak-desakan.
Cermin Ketimpangan Sosial
  Kejadian di Langkat ini bukan sekedar peristiwa kecil tentang pembagian bantuan. Ia mencerminkan kerentanan sosial ekonomi masih tinggi pada warga. Antusiasme warga rela datang sejak pagi demi 10 kilogram beras menunjukkan betapa kebutuhan dasar masih menjadi persoalan utama di banyak daerah.
Bagi sebagian warga, beras bukan sekadar bahan pangan tapi simbol jaminan hidup untuk beberapa hari ke depan.
“Kalau nggak ada bantuan kayak gini, kami susah juga beli beras sekarang,” kata seorang warga lain dengan nada lirih.
Pelajaran bagi Semua Pihak
  Peristiwa ini memberi pelajaran penting bahwa niat baik harus diimbangi dengan perencanaan matang. Distribusi bantuan sosial, siapa pun penyelenggaranya, pemerintah, lembaga agama, maupun yayasan perlu memprioritaskan aspek keselamatan dan ketertiban warga.
Tanpa kejelasan mekanisme, kepedulian sosial justru berisiko menimbulkan kekacauan dan mencederai semangat pembangunan kemanusiaan.
Bagi Vihara Avalokitesvara, aksi sosial ini tetap menjadi bukti kepedulian terhadap sesama. Bagi warga Langkat, peristiwa ini juga meninggalkan satu pesan: ketika bantuan menjadi rebutan, berarti ada belum tuntas dalam urusan kesejahteraan.
(Lentini Krisna Prananta Sembiring, SE)